Entri ketiga James Cameron dalam saga Avatar, "Avatar: Fire and Ash," kini sudah tayang di bioskop Indonesia ...
Jakarta (Antara) - Entri ketiga dalam saga Avatar karya James Cameron, "Avatar: Fire and Ashes", yang kini tayang di bioskop Tanah Air, masih memukau mata dengan gameplay teknologinya.
Namun jika mempertimbangkan inovasi teknis terkini dalam pembuatan film serta penampilan sebenarnya para aktor dengan menggunakan teknologi performance capture, maka film ini menjadi sebuah mahakarya yang benar-benar mengapresiasi kecerdasan manusia dalam bekerja di kehidupan nyata, sekaligus menguji batas manual kecanggihan teknologi film.
Dalam film ini, nama Mother Chaplin menarik perhatian penonton saat melihat kembali alam Pandora yang magis dan liar.
Dalam Avatar: Fire and Ash, Oona berperan sebagai Varangi, pemimpin klan Ash People yang antagonis. Selain kemampuan aktingnya yang menawan, Oona Chaplin memiliki silsilah yang melegenda di dunia hiburan.
Jika menurut Anda nama aslinya tidak asing lagi, dia adalah putri ikon film bisu Charlie Chaplin dan aktris Geraldine Chaplin.
Selain warisan keluarganya, Oona Chaplin juga memiliki rekam jejak akting, terutama perannya sebagai Talisa Maegyr di serial "Game of Thrones".
Kisah Avatar: Api dan Abu dimulai beberapa minggu setelah peristiwa utama film kedua, di perairan tempat tinggal ras Metkaiina.
Kejadian ini mengejutkan Jake Sully (Sam Worthington) dan dia mengubah taktik kepemimpinannya menjadi lebih protektif.Jake sekarang lebih memilih Loak (Brittany Dalton) dan Tuck (Trinity Jo-Lee Bliss) dan Kira (Sigourney Weaver) sebagai wali anak angkat.
Dipenuhi dengan rasa kecewa pada diri sendiri, aktivitas Jake kini semakin beralih ke arah melindungi wilayah keluarganya sebagai semacam persiapan menghadapi ancaman yang muncul dari pasukan Administrasi Pembangunan Pedesaan (RDA) di planet asalnya, Bumi, yang menganggap Jake sebagai pengkhianat.
Karakter Kiri, Sigourney Weaver, sebelumnya memerankan Dr.Grace Augustine (ibu kandung Kiri) di film pertama.
